MAKALAH PENGEMBANGAN TES PENGETAHUAN
PENGEMBANGAN TES PENGETAHUAN
Oleh:
KELOMPOK II
LISNA (H0418005)
RASA WULAN (H0418301)
SANIA (H0418011)
ULFA ZULFIANI (H0418317)
PRODI PENDIDIKAN FISIKA 2018
FAKULTAS KKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN TES PENGETAHUAN” ini bisa terselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di dunia maupun di akhirat nanti.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Pembelajaran Fisika sebagai pengampunya yaitu Musdar M, S.Pd., M.Pd. Materi dalam makalah ini bersumber dari gabungan buku-buku dan internet yang bisa dipercaya kebenarannya.
Sebagai pemula makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat dibutuhkan agar kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dapat diperbaiki pada pembuatan makalah selanjutnya. Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terkhusus bagi saya sendiri.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Majene, 1 Maret 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. .... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Definisi Tes Pengetahuan ............................................................................... 3
B. Dimensi Pengetahuan Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi ...................... 4
C. Metafisika dalam Islam .................................................................................. 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban respons benar atau salah. Informasi ini biasanya mencakup tentang kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Selain itu, tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, dalam bentuk tulisan, atau dalam bentuk perbuatan.
Tes pengetahuan atau penilaian hasil belajar memiliki pengaruh yang berarti untuk meningkatkan dan memperbaiki aspek belajar. Menurut Arikunto (2015:14) makna penilaian bagi siswa yakni agar siswa dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh seorang guru harus mencakup sikap, psikomotor dan kognitif siswa.
Bagi seorang guru atau pendidik perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang apa itu tes pengetahuan. Selain itu, pengembangan tes pengetahuan juga memainkan peranan yang penting, sehingga seorang guru tidak hanya sebatas perlu mengetahui tentang tes pengetahuan tetapi harus juga mengetahui tentang penegembangan tes pengetahuan. Oleh karena itu, makalah ini kami susun dengan judul “Pengembangan Tes Pengetahuan”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tes pengetahuan?
2. Bagaimana dimensi pengetahuan berdasarkan taksonomi bloom revisi?
3. Bagaimana mengembangkan tes pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi tes pengetahuan.
2. Untuk mengetahui dimensi pengetahuan berdasarkan taksonomi bloom revisi.
3. Untuk mengetahui cara mengembangkan tes pengetahuan.
D. Manfaat penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Pembelajaran Fisika dan untuk memberikan informasi tentang “Pengembangan Tes Pengetahuan”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tes Pengetahuan
a. Pengertian tes
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2011). Mansyur, dkk. (2009) mengartikan tes sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang yang harus diberi tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Adi Suryanto, DKK. (2012) mengartikan tes sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan di mana setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau sekelompok orang.
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Di antara objek tes adalah kemampuan peserta didik. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan peserta tes dalam bidang tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respons benar atau salah. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
b. Pengertian pengetahuan
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) ,pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Menurut pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsanganya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
Menurut ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori,tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
Menurut notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui,diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.
c. Pengertian tes pengetahuan
Tes pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respons benar atau salah dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
B. Dimensi Pengetahuan Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi
Ada empat macam pengetahuan berdasarkan taksonomi bloom revisi, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkret (faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang lama, pengetahuan metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga harus dipelajari siswa.
a. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)
Pengetahuan Faktual (Factual knowledge) yaitu pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual, yaitu pengetahuan tentang terminology (knowledge of terminology) dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element).
1) Pengetahuan tentang terminology (knowledge of terminology): mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Setiap disiplin ilmu biasanya mempunyai banyak sekali terminology yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Beberapa contoh pengetahuan tentang terminologi: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang istilah ilmiah, dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.
2) Pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element): mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik. Beberapa contoh pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur, misalnya pengetahuan tentang nama tempat dan waktu kejadian, pengetahuan tentang produk suatu negara, dan pengetahuan tentang sumber informasi. Karena fakta sangat banyak jumlahnya, pendidik perlu memilih dan memilah fakta mana yang sangat penting dan fakta mana yang kurang penting.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersamasama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.
1) Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian, atau susunan yang berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori merupakan pengetahuan yang sangat penting sebab pengetahaun ini juga menjadi dasar bagi siswa dalam mengkelasifikasikan informasi dan pengetahuan. Tanpa kemampuan melakukan kelasifikasi dan kategorisasi yang baik siswa akan kesulitan dalam belajar. Beberapa contoh pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori: pengetahuan tentang bagian-bagian kalimat, pengetahuan tentang masa geologi, dan pengetahuan tentang pengelompokan tumbuhan.
2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi hasil observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip dan generalisasi merupakan abstraksi dari sejumlah fakta, kejadian, dan saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Prinsip dan generalisasi biasanya cenderung sulit untuk dipahami siswa apabila siswa belum sepenuhnya menguasai fenomenafenomena yang merupakan bentuk yang “teramati” dari suatu prinsip atau generalisasi. Beberapa contoh pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: pengetahuan tentang hukum Mendel, pengetahuan tentang seleksi alamiah, dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar.
3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur merupakan jenis pengetahuan yang sangat abstrak dan rumit. Beberapa contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: pengetahuan tentang teori evolusi, pengetahuan tentang model DNA, dan pengetahuan tentang model atom.
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan procedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
1) Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang algoritme: mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritme yang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa contoh pengetahuan yang termasuk hal ini, misalnya: pengetahuan tentang keterampilan menimbang, pengetahuan mengukur suhu air yang dididihkan dalam beker gelas, dan pengetahuan tentang memipet.
2) Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu: mencakup pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konsensus, perjanjian, atau aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang teknik dan metode lebih mencerminkan bagaimana ilmuwan dalam bidang tersebut berpikir dan memecahkan masalah yang dihadapi. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya, pengetahuan tentang metode penelitian yang sesuai untuk suatu permasalahan sosial dan pengetahuan tentang metode ilmiah.
3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan: mencakup pengetahuan tentang kapan suatu teknik, strategi, atau metode harus digunakan. Siswa dituntut bukan hanya tahu sejumlah teknik atau metode tetapi juga dapat mempertimbangkan teknik atau metode tertentu yang sebaiknya digunakan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan jenis-jenis tulisan, pengetahuan tentang criteria pemilihan rumus yang sesuai untuk memecahkan masalah, dan pengetahuan memilih metode statistika yang sesuai untuk mengolah data.
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan yang mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya, siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bias mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.
1) Pengetahuan strategik: mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Pengetahuan jenis ini dapat digunakan bukan hanya dalam suatu bidang tertentu tetapi juga dalam bidangbidang yang lain. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan bahwa mengulang-ulang informasi merupakan salah satu cara untuk mengingat, dan pengetahuan tentang strategi perencanaan untuk mencapai tujuan.
2) Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang konteks dan kondisi yang sesuai: mencakup pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tertentu serta pemilihan strategi kognitif yang sesuai dalam situasi dan kondisi tertentu. Beberapa contoh pengetahaun jenis ini misalnya: pengetahuan bahwa buku pengetahuan lebih sulit dipahami dari pada buku populer dan pengetahuan bahwa meringkas dbisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman.
3) Pengetahuan tentang diri sendiri: mencakup pengetahuan tentang kelemahan dan kemampuan diri sendiri dalam belajar. Salah satu syarat agar siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri adalah kemampuannya untuk mengetahui dimana kelebihan dan kekurangan serta bagaimana mengatasi kekurangan tersebut. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan bahwa seseorang yang ahli dalam suatu bidang belum tentu ahli dalam bidang lain, pengetahuan tentang tujuan yang ingin dicapai dan pengetahuan etntang kemampuan yang dimiliki dalam mengerjakan suatu tugas.
C. Langkah – Langkah dalam Mengembangkan Tes Pengetahuan
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes pengetahuan yaitu sebagai berikut :
1. Menyusun Spesifikasi Tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keeluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup 3 kegiatan :
a. Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari segi tujuannya aada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu sebagai berikut:
· Tes penempatan
Suatu tes yang dilaksanakan pada awal pembelajaran. Hasil tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki siswa.
· Tes diagnostik
Tes ini berguna untuk mengtahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran.
· Tes formatif
Tes ini bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester.
· Tes sumatif
Tes ini diberikan di akhir suatu pembelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar siswa untuk mata pelajaran tertentu.
b. Menyusun kisi – kisi tes
Kisi – kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapa pun yang menulis soal akan menghasilkan soal, yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
c. Memilih bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
d. Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan pesrta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, untuk tes praktik bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes.
2. Menulis Butir Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan – pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi – kisi yang telah dibuat. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing – masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.
3. Menelaah Butir Tes
Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.
4. Melakukan Uji Coba Tes
Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesulitan, pola jawaban,efektivitas pengecoh, dan daya beda. Jika soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil uji coba kemudian dilakukan pembenahan atau perbaikan.
5. Menganalisis Butir Tes
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dari uji coba yang dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun. Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir soalnya. Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir tes yang telah disusun. Melalui analisis butir ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya beda, dan juga efektivitas pengecoh.
6. Memperbaiki Tes
Setelah diuji caba dilakukan dan kemudian dianalisis maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan, yaitu memperbaiki masing-masing butir tes yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7. Merakit Tes
Setelah semua butir tes dianalisis dan diperbaiki langkah berikutnya adalah merakit butir-butir tes tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan butir tes yang terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat memengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out dan sebagianya harus diperhatikan. Hal ini sangat penting karena walaupun butir-butir tes yang disusun telah baik tetapi jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.
8. Melaksanakan Tes
Setelah langkah menyusung tes selesai dan telah direvisi pasca uji coba, langkah berikutnya adalah melaksanakan tes.Tes yang telah disusun diberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pemantau atau pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh peserta tes dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan. Peserta tes yang mengerjakan tes tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran pengawas. Hal ini akan berakibat tidak akuratnya hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai.
9. Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah,menengah,atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompok atau kriteria yang harus dicapai.
Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk memotivasi siswa belajar dan guru mengajar lebih baik. Nilai juga bisa berupa imbalan (reward) terhadap jerih payah atau usaha yang telah dilakukan siswa. Imbalan inilah yang akan menjadi pemotivasi atau pendorong siswa untuk belajar lebih baik.
Nilai juga merupakan informasi mengenai keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, namun yang utama adalah penguasaan bahan ajar, keterampilan memilih dan menggunakan media pembelajaran,cara melakukan penilaian, termasuk tes yang digunakan. Oleh karna itu, pencapaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar pendidik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tes pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respons benar atau salah dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
2. Ada empat macam pengetahuan berdasarkan taksonomi bloom revisi, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.
3. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes pengetahuan yaitu sebagai berikut: menyusun spesifikasi tes, menulis butir tes, menelaah butir tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir tes, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes dan menafsirkan hasil tes.
B. Saran
Kita harus menggunakan ilmu metafisika ini untuk hal yang positif, agar ilmu tersebut juga memberikan hal positif untuk kita. Jangan sampai kita tersesat dalam ilmu yang kita pelajari dan yang paing utama jangan sampai kita lupa kepada sang pencipta.
DAFTAR PUSTAKA
Chakravartty, Anjan. 2007. A Metaphysics for Scientific Realism. Cambridge: Cambridge University Press.
Bioenergi center. 2016. Ilmu Metafisika dalam Praktek Kehidupan Modern. https://bioenergicenter.com/ilmu-metafisika-dalam-kehidupan-modern/
Adi. 2013. Metafisika (filsafat umum). https://adipustakawan.blogspot.com/2013/06/metafisika-filsafat-umum.html?m=1
Jari rindu. 2011. Definisi Meafisika dalam Ranah Filsafat. https://jaririndu.blogspot.com/2011/12/definisi-metafisika-dalam-ranah.html?m=1
Siti Gumanti. 2016. Aliran-aliran dalam Metafisika Ontologi. https://sitigumanti.blogspot.com/2016/12/aliran-aliran-dalam-metafisika-ontologi.html?m=1
Afifah Afra. 2010. Alam Metafisika dalam Pandangan Islam. www.afifahafra.net/2010/11/alam-metafisika-dalam-pandangan-islam.html?m=1
AM Sulton Syaikhul. 2018. “Metafisika” dalam Filsafat Ilmu. www.kompasiana.com/am53404/5bed397712ae943e805c1377/metafisika-dalam-filsafat-ilmu
Komentar
Posting Komentar