PENGANTAR FILSAFAT DAN DASAR-DASAR PENGETAHUAN


 PROBLEMATIKA FILOSOFIS DALAM PLURALITAS AGAMA – Menara Ilmu dan Religi dan  Budaya

Dasarnya ilmu adalah dimana seseorang atau yang mempelajarinya dengan memahami ilmu itu sendiri. Dalam pembahasan setiap ilmu ada anggapan dengan kritikan masalah yang sedang dipahami dengan ilmu tersebut, kajian setiap ilmu diperlukan saat si penerima ilmu dengan pertanyaan-pertanyaan kenapa suatu hal itu dianggap sebagai suatu ilmu. Kenyataan ilmu yang dipenuhi dengan perdebatan-perdebatan tersebut. Dalam kenyataannya ilmu berkembang dalam artian sebagai ilmu filsafat. Suatu ilmu mengkaji sesuatu permasalahan dengan tanpa tergesa-gesa, dalam artian memahami ilmu yag dipelajari dengan kenyataan-kenyataan yang diterima dengan masuk akal manusia. Dari dasar pemikiran manusia sebagai makhluk tuhan, manusia diciptakan dengan akal yang dipahami oleh manusia itu sendiri.

Manusia merupakan makhluk yang berpikir, merasa, mengindera dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping wahyu yang merupakan komunikasai Sang Pencipta dengan makhluknya. Manusia memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu sifat ingin tahu yang tinggi sehingga rasa ingin tahu ini semakin hari semakin bertambah. Oleh sebab itu manusia dikatakan sebagai makhluk yang mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan, namun pengetahuannya hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya dan mengembangkan hal-hal baru. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya tidak sekedar mengatasi kebutuhan hidupnya namun memiliki tujuan tertentu yang lebih tinggi dari pada itu. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah pengamatan. Saat seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari pengamatannya, maka bisa disebut orang tersebut memperoleh sebuah pengetahuan.

  

Pengantar Filsafat

1. Pengertian Filsafat

Secara Bahasa istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Istilah filosofia ini, dalam bahasa Arab disebut falsafah dan dalam bahasa Inggris disebut philosophy. Secara etimologi philosophia atau filsafat terdiri dari dua suku kata, yaitu philo yang berarti cinta dan shophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, philosophia atau filsafat artinya adalah cinta kebijaksanaan. Arti cinta dalam istilah filsafat adalah keinginan. Seseorang yang memiliki cinta atau keinginan, tentu akan berusaha menggapai sesuatu yang diinginkannya atau meraih apa yang dicintainya. Sedangkan kebijaksanaan adalah pengetahuan atau mengerti yang sedalam-dalamnya. Singkatnya cinta kebijaksanaan adalah keinginan untuk mengetahui atau mengerti secara mendalam.

Secara istilah filsafat adalah suatu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang besifat umum dan mendasar.

Adapun pengertian filsafat menurut para ahli:

Menurut Albert Einstein, filsafat itu seperti seorang ibu yang melahirkan dan mengasuh semua ilmu yang lain. Oleh karena itu orang seharusnya tidak memarahi dalam ketelanjangan dan kemiskinan namun justru berharap agar bagian dari cita-cita dan Quixote-nya terus hidup dalam diri anak-anaknya sehingga mereka tidak tenggelam kedalam materialism.

Menurut Lewis White Beck, filsafat sains membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

Menurut Cornelius Bejamin, cabang pengetahuan fisafat yang merupakan telaah sistematis mengenai sains, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan.

 

2. Sifat Kajian Filsafat

a. Luas

Kajian filsafat secara luas yaitu pemikiran yang luas dan tidak pada aspek tertentu saja. Contohnya seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagiaan pada dirinya. Hal ini tidak akan membuat ilmuwan merasa sombong dan merasa paling hebat.

b. Mendalam

Kajian filsafat secara mendalam yaitu sifat yang tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu benar, yang menimbulkan pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar. Contohnya, mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaan berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah criteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa?.

c. Kritis

Kajian filsafat secara kritis yaitu mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.

 

3. Manfaat Belajar Filsafat

a. Pengkajian filsafat dapat membawa dasar pada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar seseorang, yang dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi maupun profesinya;

b. Untuk mencegah kemungkinan adanya pemecahan terhadap problema filsafat;

c. Pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap pendangan berbeda, serta kemandirian secara intelektual.

 

 

A.    Dasar-dasar Pengetahuan

1.Penalaran

Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan manusia untuk berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti itu disebut penalaran.

Dua hal utama inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran, sebab berpikirpun tidak semuanya berdasarkan penalaran. Bagian-bagian dari penalaran yakni:

a)      Hakekat Penalaran

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak.Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti yang dikatakan Pascal bahwa hati pun mempunyai logika tersendiri.Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran (pengetahuan).

b)      Berpikir

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.Apa yang disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk menemukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.

Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.Contohnya intuisi yang merupakan suatu kegiatan berpikir yang non analitik (tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu).Berpikir intuitif memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikiran non analitik, yang kemudian sering bergalau dengan perasaan.

c)      Wahyu

Wahyu diberikan Tuhan lewat malaikat-malaikat dan nabi-nabinya ada yang percaya dan ada yang tidak.Dengan wahyu kita mendapatkan keyakinan meskipun kegiatan berpikirnya tidak menggunakan logika serta bersifat intuitif.Dalam hal ini, manusia bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut, yang kemudian dipercaya atau tidak tergangantung dari keyakinan masing-masing.

 

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat ditinjau dari sumber yang memberikan pengetahuan tersebut.Panalaran, intuisi, dan wahyu adalah sumber pengetahuan. Akan tetapi, penalaran merupakan cara berpikir dengan pola tertentu yang disertai analisis. Sedangkan intuisi dan wahyu merupakan sumber pengetahuan implisit yang tidak didasarkan pada pola berpikir tertentu, hanya berdasarkan perasaan dan keyakinan.

 

2.      Logika

Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata “logos”, yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan fikiran itu. Secara etimologi, logika adalah bidang penyelidikan yang membahas fikiran, yang dinyatakan dalam bahasa.

Menurut Anne, logika merupakan pengkajian berpikir shahih. Logika merupakan pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus, tepat dan sistematis, yang kemudian dinyatakan lewat bahasa lisan atau tulisan.

Secara luas dapat dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang sah.

a)      Cabang-cabang Logika

·         Logika Deduktif

Logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.Penarikan kesimpulan secara deduktif, menggunakan pola berpikir silogismus yang disusun oleh dua pernyataan dan satu kesimpulan. Dalam silogisme dibedakan adanya dua premis, yaitu premis mayor dan premis minor serta adanya kesimpulan yang merupakan pengetahuan yang didapat dari kedua premis tersebut.

Contoh: Semua manusia bernafas (Premis Mayor)

Budi adalah seorang manusia (Premis Minor)

Jadi Budi bernafas (Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan di atas, merupakan penarikan yang sah menurut logika deduktif.Akan tetapi, kesimpulan tidak selalu benar walaupun premisnya benar, sehingga penarikanya tidak sah.

·         Logika Induktif

Penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat individual. Misalnya, kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata dan hewan lain juga mempunyai mata. Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa semua hewan mempunyai mata.Kesimpulan yang bersifat umum ini mempunyai dua keuntungan yaitu, bersifat ekonomis dan dapat diproses lebih lanjut dengan menggunakan pemikiran induktif dan deduktif.

b)      Prinsip-prinsip dasar dalam logika

Aristoteles merumuskan tiga buah prinsip atau hukum dalam logika, yakni:

·         Prinsip Identitas,

·         Prinsip Kontradiksi, dan

·         Prinsip Penyisihan jalan tengah.

 

3.      Sumber Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita.

a)      Sumber untuk mendapatkan pengetahuan

·         Akal atau rasio

Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut rasionalisme.Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.Jadi ide kaum rasionalis bersifat apriori dan pengalaman didapatkan dari penalaran rasional.Masalah yang timbul dari berpikir seperti ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya.Hal ini terjadi karena premis-premis yang hanya bersumber pada penalaran rasional dan tidak memperdulikan pengalaman.

·         Pengalaman

Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan disebut empirisme.Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat dari penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret.Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta.Kumpulan mengenai fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis.Pengalaman dalam empirisme yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial karena indera yang satu berbeda dengan indera yang lainnya.Jadi pengetahuan inderawi berdasar pada perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas indera tertentu.

·         Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi besifat personal dan tidak dapat diramalkan.Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan.Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama dalam menemukan suatu kebenaran.

·         Wahyu

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman.Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.Singkatnya, agama dimulai dari rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu meningkat atau menurun. Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.

 

4.      Kriteria Kebenaran

Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Kebenaran menurut setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.

 

a)      Jenis-jenis Kebenaran

·         Kebenaran Epistimologis

Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis.Kebenaran epistimologis merupakan kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan disebut benar dan kapan pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.

·         Kebenaran Ontologis

Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek.Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada.

·         Kebenaran Semantik

Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur kata dan bahasa.Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa.Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.

b)      Teori Kebenaran

Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:

·         Teori Koherensi

Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.

·         Teori Korespondensi

Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pertanyaan tersebut.

·         Teori Pragmatis

Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya, suatu parnyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran.

Komentar